JAYAPURA, NOKENLIVE.com– Markus Haluk, penulis aktivis dan intelektual Papua, meluncurkan lima seri buku terbaru yang ia beri judul “Sejarah Politik, Hukum dan Demokrasi di West Papua.” Peluncuran berlangsung di Aula Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura pada Jumat (3/10/2025) dipenuhi ratusan peserta. Suasana terasa khidmat sekaligus hangat.
Bukan Sekadar Buku, Bagi Markus, lima seri ini bukan sekadar karya tulis. Ia menyebutnya sebagai bagian dari perjalanan intelektual sekaligus perjuangan politik.
“Ini puncak refleksi saya setelah hampir 20 tahun berkiprah sebagai aktivis. Saya menulis untuk martabat bangsa Papua. Karena masalah Papua tidak akan selesai dengan operasi militer atau otonomi khusus. Papua butuh solusi bermartabat, melalui perundingan dan referendum, sebagaimana Aceh, Timor Leste, Bougainville, dan Kanaki,” tegasnya.
Pesan untuk Mahasiswa, Dalam forum tersebut, Markus memberi pesan khusus bagi mahasiswa Papua.
“Menulis itu butuh pengorbanan, kesetiaan, waktu, dan tenaga. Banyak mahasiswa sekarang kurang membaca. Padahal membaca itu kunci menulis. Jangan hanya habiskan waktu di media sosial. Catatlah setiap peristiwa, dokumentasikan. Itu warisan terbaik yang bisa kita tinggalkan,” pesannya.
Ia juga menekankan pentingnya membuka ruang diskusi. “Mahasiswa harus angkat pena, dosen harus buka ruang kajian, media harus terus menulis. Situasi Papua tidak baik-baik saja, dan publik harus tahu kenyataan yang sebenarnya,” tambah Markus.
Suara dari Para Pembicara, Diskusi peluncuran ini menghadirkan empat pembicara: Pdt. Benny Giyai, Bernarada Materay, Hendro Y. Lekitoo dan praktisi hukum Latifah Anum Siregar. Acara dipandu oleh aktivis sosial, Septer Manufandu.
Pdt. Dr. Benny Giyai menyebut buku Markus sebagai teladan. “Markus Haluk sudah memberi contoh, bagaimana seorang intelektual mendokumentasikan pengalaman dan peristiwa. Generasi muda Papua harus meniru jejak ini, jangan biarkan sejarah hilang,” ujarnya.
Sementara Henro Lekitoo menilai karya tersebut sebagai bentuk perlawanan intelektual.
“Menulis itu perjuangan sunyi. Tapi dampaknya jauh lebih besar daripada teriakan di jalanan. Buku ini akan jadi referensi penting,” katanya.
Buku untuk Publik, Di akhir acara, Markus menyampaikan bahwa paket lima jilid buku bisa diperoleh langsung darinya dengan harga Rp700 ribu. Namun, khusus bagi kalangan media yang hadir, ia memberi potongan menjadi Rp500 ribu.
“Nanti saya bikin tim untuk jual buku ini harga satu paket 5 buku dengan tarif Rp700 ribu Rupiah jadi bisa untuk sementara jika ada yang mau beli boleh kontak saya langsung. Kalau kita membeli dengan keringat sendiri, kita akan merasa memiliki, membaca, dan menghargai karya itu,” ucapnya.
Menulis Demi Martabat, Sebagai penutup, Markus kembali menegaskan bahwa inti dari peluncuran ini bukan sekadar buku, melainkan martabat.
“Tema yang saya pilih adalah Menulis Demi Mempertahankan Jati Diri dan Hidup. Karena menulis itu cara kita menjaga harga diri sebagai bangsa Papua. Jangan tunggu orang lain menulis tentang kita. Kita sendiri yang harus menulis sejarah kita,” pungkasnya. (Hubertus Gobai/Redaksi NL)





Apa komentar anda ?