Jayapura, Nokenlive.com
Puluhan mahasiswa, pelajar Nduga se Indonesia kota study Jayapura melakukan aksi demo dilingkaran Abepura, kota Jayapura, Jumat, (16/09/22).
Aksi demo mahasiswa Nduga kota study Jayapura tersebut menuntut agar para pelaku pembunuhan dengan cara mutilasi 4 warga Nduga terjadi di Timika untuk diproses hukum seberat beratnya.
Massa aksi sekitar pukul 11 : 20 WIT berkumpul di asrama Nimim menuju lingkaran Abepura selanjutnya menuju kantor DPRP untuk menyampaikan aspirasi.
Epon Wandikbo keluarga korban menyatakan bahwa kasus pembunuhan, penembakan dan mutilasi yang dilakukan oleh sejumlah oknum anggota TNI-AD bertugas di Brigif 20 Kostrad terhadap masyarakat Nduga di Timika serta warga Papua lainnya itu bukan hal baru tetapi selalu dilakukan sejak Papua bergabung didalam bingkai NKRI.
“Didalam Pancasila pada sila ke lima suda jelas menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, maka kami minta keadilan dari negara terhadap kasus mutilasi 4 orang warga sipil Nduga di Timika,” ungkap Epon Wandikbo
Epon Wandikbo menegaskan, oknum TNI AD serta sejumlah warga sipil lainnya yang ikut melakukan pembunuhan terhadap 4 warga sipil Nduga di Timika harus diproses hukum sesuai dengan perbuatan mereka.
“Hari ini keempat korban dikuburkan dalam keadaan postur tubuh yang tidak lengkap. Ada yang tidak ada tangan, ada yang tidak ada bagian kepala, ada juga yang tidak ada kaki dan lain-lain sehingga, hal ini perbuatan pembunuhan yang tidak manusiawi,” tegasnya.
Sementara itu, ketua KNPB Warpo Wetipo menyatakan bahwa, masyarakat Papua menilai kasus mutilasi di Timika sebagai pembunuhan yang tidak manusiawi yang dilakukan aparat negara, negara sudah membunuh rakyat Papua melalui penembakan, mempenjarakan, mutilasi, lain sebagainya.
“Perlakuan sadis dilakukan oleh alat negara ini, masyarakat Papua tidak bisa diam melihat situasi seperti ini, maka masyarakat Papua perlu menyuarakan walaupun negara mengisolasi kita dengan pemekaran supaya masyarakat Papua ini diarahkan didalam program negara Indonesia,” katanya.
Warpo Wetipo mengatakan, aspirasi masyarakat makan Papua diibaratkan seperti berada didalam akuarium yang disaring negara Indonesia.
“Yang dimaksud dengan akuarium ialah genosida. Tetapi menurut kami itu hal biasa karena, dimana pun diseluruh dunia penjajah dengan bangsa yang dijajah terjadi hal seperti ini karena penjajah tidak akan berikan ruang sedikit pun kepada bangsa yang dijajah, seperti dilakukan negara Indonesia terhadap bangsa Papua,” katanya.
Wetipo mengungkapkan, negara Indonesia tidak memberikan ruang sedikitpun kepada bagsa Papua memperjuangkan hak-hak kebebasan, hak berekspresi apa lagi kita menegakan nilai-nilai yang Indonesia, mengakui demokrasi, hukum dan HAM, tetapi Indonesia sendiri menyangkal semuanya itu.(TIMOTIUS BOMA)
Apa komentar anda ?