
Tak pernah terbayangkan dalam benak Onice Waromi, bahwa suatu hari pekerjaan sebagai cleaning service akan mengantarkannya pada jajaran Pimpinan Bisnis dan Pemasaran di Bank BNI Papua. “Puji Tuhan ini semua berkat doa mama saya”, ujarnya saat ditemui redaksi Nokenlive disalah satu lounge hotel berbintang di Jayapura.
Pembawaannya ceria dan enerjik, itu kesan pertama saat dirinya menyapa kami, sesekali raut mukanya mengharu biru mengisahkan perjuangan sang ibu saat dia dan adik-adiknya bersekolah dulu. “Mama saya hidupnya penuh perjuangan, jualan ikan asar di pasar untuk menyekolahkan anak-anaknya,”ujarnya membuka obrolan sore itu. Onice remaja akrab dengan aktifitas jualan membantu sang mama, punggungnya sedari muda terbiasa memikul seember penuh ikan asar yang biasanya dijajakan di Pasar Ampera kala itu. Dia mengaku bertekad keras untuk sukses dan meraih pendidikan setinggi-tingginya. “Satu kali pernah kita jualan, saya masih sekolah SMP, ada penertiban PKL, mama punya ikan asar ditendang dan dilarang jualan lagi, walhasil hari itu kami tidak bawa pulang uang, mama bilang sama saya, besok belum bisa bayar uang sekolah, tapi mama nanti usahakan”. Kalimat itu menggetarkan jiwanya, betapa kerasnya perjuangan sang mama mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi memberikan pendidikan bagi mereka. “Mulai saat itu saya bertekad, harus sukses dan kerja keras untuk bisa berhasil dan bahagiakan mama”, ujarnya.

Sempat mengenyam pendidikan di Universitas Padjajaran, Onice terpaksa harus pulang karena sakit yang berkepanjangan, namun langkahnya tak surut, Dia lalu melanjutkan ke Jurusan Kimia Uncen dan meraih gelar Sarjana. Lama menganggur, perempuan kelahiran
Jayapura 36 tahun silam ini mengisi waktunya dengan tetap membantu usaha ikan asar, hingga di penghujung 2011 omelan sang ibu membawanya pada perjalanan karir yang cukup unik.

“Saya masih belum kerja waktu lulus, mama tidak suka lihat saya cuma bantu-bantu di pasar, pulang malam trus tidur bangun siang, jadi beliau ancam mau pake sa punya ijazah untuk kipas ikan asar, kalau tra usaha cari kerja”. Dengan terpaksa Dia mulai menenteng map kemana-mana untuk melamar, tapi tak satupun pekerjaan berhasil didapat, hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi cleaning service di Bank BNI. “Waktu itu mereka bilang hanya ada lowongan cleaning service, saya pikir tidak apa, hitung-hitung cari pengalaman”, ucapnya. Maka dimulai perjuangan itu, Dia masih ingat tahun-tahun yang dilewati dengan berjalan kaki ke kantor BNI Entrop guna melakoni pekerjaan cleaning service. “Ya tugasnya bersih-bersih, menyiapkan minum, tapi saya senang saja, karena teman-teman semuanya baik”, ungkapnya bernostalgia.
Meskipun hanya seorang OB (istilah lain cleaning service), rekan-rekan sekantornya senang mengajari Onice segala sesuatu terkait bisnis Perbankan hingga di tahun 2013 atas dorongan mereka, Onice mengikuti officer Development Program (program penerimaan pegawai untuk level manajer) dan berhasil lulus. “Puji Tuhan saya lolos dan ikut pendidikan 1 tahun lalu ditempatkan untuk pertama kali sebagai Analis Pemasaran Bisnis di SKC Surabaya”, terangnya. Malang melintang di dunia perbankan membuatnya semakin mapan menata masa depan tidak puas meraih gelar sarjana, perempuan yang hobi traveling ini juga berhasil meraih gelar Magister Manajemen di Universitas Cenderawasih, Papua.

Penempatan di berbagai daerah di tanah air menempanya hingga memiliki skills yang mumpuni. Di laman cv nya kami menemukan sejumlah spesialisasi yang menjadi kemampuannya, mulai dari manajemen resiko kredit, analisis keuangan, strategi marketing perbankan, Relationship manajer hingga pemimpin dibidang pemasaran dan bisnis. Tentunya mereka yang terbiasa meng-underestimate kemampuan anak Papua tentulah belum bertemu dengan sosok ibu tiga anak ini.
Memiliki jabatan dan gaji yang fantastis, tidak membuatnya meninggalkan ruang dinamika sosial yang pernah menjadi bagian dari cerita hidupnya di masa lalu. “Apa yang dialami sa punya mama, sebagian besar terjadi di banyak mama Papua lainnya, mereka harus bekerja keras dan menjadi tulang punggung bagi keluarga, itu tidak pernah bisa saya abaikan”. Saat ini Onice mendirikan usaha sambal ikan asar untuk merangkul anak-anak putus sekolah dan ibu tunggal yang sedang berjuang mencari berkat kehidupan. Dia ingin meneruskan usaha sang mama untuk menjadi berkat bagi orang lain. “Kalau ikan asar dulu pernah buat saya ada di posisi sekarang ini, maka usaha apapun pasti bisa mengangkat anak-anak Papua lainnya, terutama masa depan yang lebih baik untuk kaum perempuan”,tegasnya.

Putri Marice Fonataba ini masih belum selesai dengan impiannya, Dia masih menyisakan harapan untuk menginisiasi gerakan ekonomi kerakyatan bagi kesejahteraan mama-mama Papua. “Saya sering berdiskusi dan mendapat masukan, apa yang terlintas di benak adalah suatu saat, sa bisa wujudkan program seperti Bank Grameen yang tentunya disesuaikan dengan penerapannya di Papua”. Dia menginginkan program terobosan yang bisa memberikan harapan bagi mama-mama Papua untuk menjadi pebisnis sekaligus pemilik saham. “Akselerasi adalah semangatnya, bahwa ekonomi di keluarga OAP sebagian besar ditopang oleh perempuan, hal ini wajib dicarikan solusi, kita punya dana otsus untuk mewujudkan itu, sisanya adalah bekerja dengan jujur dan profesional, maka kita bisa menuai hal baik dari apa yang kita rencanakan dan lakukan,” ujarnya menutup wawancara bersama redaksi.
Penulis : Fibra Satyagraha (Redaktur Nokenlive.com)
Apa komentar anda ?