Ilaga – Nokenlive.com
Setelah kampungnya terendam banjir yang telah berlangsung hampir satu tahun, kondisi ratusan masyarakat kampung Iratoi, distrik Doufo kabupaten Puncak sangat memprihatikan.
Mereka dihidup dipengungsian selama kurang lebih satu tahun tanpa ada bantuan apapun dari pemerintah setempat.
Bahkan air banjir yang menerjang kampung Iratoi, distrik Doufom kabupaten Puncak menelan korban jiwa sebanyak 6 orang masing masing diantaranya, Marlo Eura, Musa Edu, Anita Edu, Yustina Edu, Yehuda Edu dan satu anak kecil umur 12 tahun.
Yang lebih miris lagi, kepala distrik Doufo sendiri hingga saat ini tidak berada ditempat tugas sejak lama. Begitu juga kepala kampung Iratoi tidak berada ditempat tugas.
Pdt. Hans Wakerkwa, M.Si merupakan pemimpin gereja Kemah Injil Indonesia (GKII) merasa sedih dan prihatin melihat kondisi masyarakat korban banjir yang telah mengungsi disalah satu tempat perbukitan hampir setahun karena kampung Iratoi masih tertutup lumpur.
Selain itu, kata Pdt Hans Wakerkwa, M.Si , dampak dari musibah banjir melanda daerah lembah rofayer itu membuat tanaman perkebunan warga mengalami kerusakan parah sudah sekitar hampir setahun.
“Dengan melihat kondisi masyarakat seperti ini sebagai seorang pendeta, saya prihatin. Ini betul rakyat Indonesia atau bukan?,” ujar Pdt Hans Wakerkwa, M.Si sedih.
Menurutnya, kesedihan dirasakanya takala hingga saat ini tidak ada perhatian sama sekali dari pemerintah kabupaten Puncak terhadap ratusan nyawa masyarakat kampung Iratoi.
“Tidak ada bantuan sama sekali. Kepala distrik Doufo, kepala kampung Iratoi mereka sekarang tidak tahu ada dimana,” ungkap Pdt Hans Wakerkwa, M.Si.
Seharusnya, jelas Pdt Hans Wakerkwa mereka (Kepala distrik Doufo, kepala kampung Iratoi) ini yang menyuarakan masyarakatnya yang kena musibah kepada bupati kabupaten Puncak. Tetapi sampai hari ini mereka hilang meninggalkan masyarakat.
“Sebagai seorang pendera saya merasa sedih melihat kondisi masyarakat sekrang ini,” jelasnya lagi.
Pdt Hans Wakerkwa, M.Si menjelaskan, bandara, puskemas maupun sekolah semua tidak ada aktifitas sama sekali. Bahkan rumput di halaman tumbuh tinggi. “Semua sudah jadi hutan,” singkatnya.
“Saya sangat berharap pemerintah kabupaten puncak atau pihak pihak yang prihatin dengan masyarakat kampung Iratoi ada perhatian dan bisa datang berkunjung melihat secara langsung kondisi warganya,” harapnya.
Dengan kunjungan itu, lebih lanjut Pdt Hans Wakerkwa mengatakan agar bisa membuka kembali leyanan pemerintah di distrik Doufo, seperti mengaktifkan kembali kantor distrik Doufo, pukesmas untuk melaksanakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat serta membuka kembali sekolah karena anak anak usia sekolah tidak ada lagi yang menempuh pendidikan disana.
“Itu harapan saya sebagai pimpinan Gereja Kema Injil Indonesia (GKII) saya sampaikan pesan kepada pemerintah kabupaten, provinsi maupun pemerintah pusat,” pesanya.
Sementara itu salah satu pemuda Judas Tigau mengungkapkan, hingga saat ini masyarakat korban banjir belum mendapatkan perhatian pemerintah terutama bantuan sembako dan lain sebagainya.
Bahkan kata Judas, anggota DPRD Puncak dapil dati Iratoi sendiri tidak pernah melihat warganya saat ini yang kena musibah banjir hampir satu tahun.
“Saat ini masyarakat pengungsi korban banjir sangat membutuhkan bantuan pemerintah kabupaten Puncak, pemerintah Provinsi Papua maupun Pusat,” ucap Judas Tigau.
Ketua Bamuskam Timotius Edu mengatakan, selama warga hidup dipengungsian selama mapir satu tahun tidak ada satupun pejabat yang datang melihat kondisi masyarakat kampung Iratoi di pengusian.
Masyarakat saat ini terancam kelaparan karena semua tanaman warga mati akibat terendam lumpur dibawa banjir.
“Kami sudah beberapa kali menyampaikan kepada pemerintah kondisi masyarakat kami di pengungsian, tetapi pemerintah tidak perhatikan kami,” ungkap Timotius Edu.
Derice Eura, ibu dari salah satu anak yang meniggal mangaku sangat membutuhkan pertolongan pemerintah kabupaten Puncak.
Derice Eura mengungkapkan, ia telah kehilangan kampung halamannya. Kemudian kepalah desa, kepala distrik, tenaga guru dan tenaga medis semuanya telah pergi ke kota.
“Tidak ada yang peduli terhadap warga korban banjir yang ada dilembah ini,” ucap Derice Eura sedih. (RONI WONDA)
Apa komentar anda ?