Jayapura, Nokenlive.com – Panglima Kodam XVII Cendrawasih memberikan ijin kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) untuk melakukan investigasi atas peristiwa bentrok anggota TNI dan Polri di Kabupaten Mambramo Raya dan penembakan 2 warga sipil di Mimika Papua.
Hal tersebut dikatan plt.kepala Perwakilan Komnas HAM Papua Melchior Weruin, kepada Noken.live Selasa (28/04) di kantor Komnas HAM Jayapura, Papua.
Menurut Melchior Weruin, terkait dengan kasus bentrok aparat pada tanggal 12 April lalu di Kabupaten Mamberamo Raya pihak Komnas HAM perwakilan Paua akan melakukan investigasi terhadap kasus tersebut.
“Untuk malakukan investigasi Komnas HAM telah mendapat dukungan penuh Panglima Kodam 17 Cendrawasih,” tutur Melchior Weruin.
Tujuan Komnas HAM investigasi terhadap kasus bentrok antara aparat keamanan yang berujung jatuhnya korban dari anggota Polri dari Polres Mamberamo Raya pada 12 April 2020 lalu, ujar Melchior Weruin.
“Pangdam meminta Komnas HAM mengumpulkan data yang akurat dari berbagai sumber yang terkait dengan persoalan ini, agar di kemudian hari tidak ada kejanggalan nanti nya,” kata Melchior Weruin.
Sementara itu guna menindaklanjuti dukungan Pangdam XVII Cenderawasih, Komnas HAM Perwakilan Papua telah membentuk tim khusus guna mengusut tuntas setiap persoalan yang berpotensi melanggar hak asasi manusia di atas bumi cenderawasih.
Investigasi yang dilakukan ini berdasarkan hasil pertemuan antara komnas ham perwakilan papua dengan Pangdam di markas Kodam XVII Cendrawasih pada tanggal 24 april 2020 kemarin.
Selain itu kata Melchior baik kasus Memberamo Raya, tapi juga kasus di Timika tetap menjadi atensi pihak nya untuk melakukan investigasi dengan tetap melakukan kordinasi dengan pihak terkait di kedua wilayah ini.
Kordinasi akan dilakukan baik dalam penanganan bahkan penyelesaian perkara di butuhkan data dan saksi yang berkomputen sehingga produk yang di hasilkan sebelum direkomendasikan tepat sasaran dan dapat di terima masyarakat itu sendiri.
“Aapa lagi mereka yang menjadi korban dari tindak kekerasan itu semuanya anak-anak Papua, ungkap Melchior Weruin.
(Andika/Jack)





Apa komentar anda ?