
Diantara jenderal-jenderal Angkatan Darat yang membuat Parpol sejak awal Reformasi, nama Prabowo ada bersama Wiranto (Hanura), Edi Sudrajat (PKPI) dan SBY (Partai Demokrat). Meski terhitung paling terakhir, yakni baru ikut Pemilu di Pileg 2009, namun pencapaianya terbilang paling stabil dan terus meroket. Partai Demokrat pernah meroket ke 21 persen, juara di Pileg 2009, namun kesininya cenderung terus menurun. Suatu kebalikan dari itu, adalah Partai Gerindra, sejak ikut Pemilu di 2009, trend Gerindra terus naik.
Nama Indonesia Raya dikenal dari lagu kebangsaan Indonesia karangan Wage Rudolf Soepratman. Juga pernah dipakai jadi nama koran oleh Muhtar Lubis, harian Indonesia Raya. Sehingga nama partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) sangat menginspirasi bagi yang hendak membangun jiwa dan membangun infrastruktur di Indonesia. Gerakan Indonesia Raya adalah niat Prabowo memulai perjuangan dirinya di daratan politik. Setelah 28 tahun dia menghabiskan waktunya di tentara.
Semula Prabowo tertarik untuk memakai nama Parindra (Partai Indonesia Raya). Itu nama partai di tahun 1930-an, sebelum Indonesia merdeka. Pendirinya adalah kakeknya Margono Djojohadikusumo bersama Dr Soetomo (Loceret, Nganjuk, Jatim) dan Muhamad Husni Tamrin (Betawi). Sedianya sebagai partai cadangan kalau-kalau saja Ir Soekarno yang dibuang ke Ende, Flores tidak kembali. Sekembalinya Bung Karno ke Jakarta, Parindra pun dibubarkan karena tokoh-tokoh pendirinya gabung ke PNI.
Karena kementerian Kumham melarang nama yang sama, maka Prabowo menambahkan mata Gerakan, sehingga menjadi Gerakan Indonesia Raya (Gerindra).
Prabowo menanamkan sendiri kedisiplinan, karakter dan pandangan dunia yang kuat kepada kader-kader Gerindra. Bahwa disiplin adalah nafasnya, kesetiaan adalah ruhnya dan kehormatan adalah segala-galanya. Saat ini Gerindra adalah partai kedua terbesar di Indonesia berdasarkan hasil perolehan suara Pemilihan Umum Legislatif 2019 dengan 17,5 juta pemilih, dan partai terbesar ketiga di DPR dengan 78 kursi.
Kedua bidang yang pernah digelutinya, kemiliteran dan politik, bukan dua bidang yang terpisah. Melainkan ada dalam satu kesatuan Ipoleksosbudhankam (ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan). Sesuatu yang tertanam dalam perang asimetris Indonesia yang juga melibatkan seluruh bangsa Indonesia dalam Hankamrata (pertahanan, keamanan, rakyat semesta).
Kepemimpinan Prabowo di Gerindra dan selama ini di Menhan yang semakin menonjol memberikan efek elektoral positif di bursa capres 2024. Prabowo juga dinilai sangat memahami keinginan masyarakat dan negara. Sehingga memang sudah waktunya, atau wis wayahe, 2024 itu waktu Prabowo.
Mari kita tilik eksistensi berdasarkan dokumen Manifestonya yang merupakan jati diri Partai Gerindra. Untuk memahami bahwa Prabowo membangun sebuah partai yang bukan kaleng-kaleng.
Antara lain kebangsaan, yakni Partai Gerindra adalah partai yang berwawasan kebangsaan yang berpegang teguh pada karakter nasionalisme yang kuat, tangguh, dan mandiri. Wawasan kebangsaan ini menjadi jiwa dalam mewujudkan segala aspek kehidupan bernegara yang sejahtera, jaya dan sentosa .
Kedua Kerakyatan, yakni Partai Gerindra adalah partai yang dibentuk dari, oleh, dan untuk rakyat sebagai pemilik kedaulatan yang sah atas Republik Indonesia. Keberpihakan pada kepentingan rakyat merupakan sebuah keniscayaan dalam arti semua pihak yakin untuk mewujudkan secara optimal hak-hak seluruh rakyat dalam segala aspek kehidupannya utamanya di bidang kehidupan politiknya terlebih lagi kehidupan kegiatan ekonominya.
Ketiga Religius, Partai Gerindra adalah partai yang memegang teguh nilai‐nilai Ketuhanan Yang Maha Esa dengan kebebasan menjalankan agama dan kepercayaan masing‐ masing. Nilai‐nilai religius senantiasa menjadi landasan bagi setiap jajaran pengurus, anggota, dan kader Partai Gerindra dalam bersikap dan bertindak.
Ke empat Keadilan Sosial, yakni Partai Gerindra adalah partai yang mencita‐citakan suatu tatanan masyarakat yang berkeadilan sosial, yakni masyarakat yang adil secara ekonomi, politik, hukum, pendidikan, dan kesetaraan gender. Keadilan sosial harus didasari atas persamaan hak, pemerataan, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia.
Pemilihan umum legislatif 2009
Pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2009, Partai Gerindra menempati 26 kursi (4.64%) di Dewan Perwakilan Rakyat, setelah meraih 4.646.406 suara (4,5%).
Pemilihan umum legislatif 2014
Pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2014, Partai Gerindra berhasil menjadi partai politik ketiga terbesar di Indonesia[32] dan menempati 73 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat setelah meraih 14.760.371 suara (11,81%).
Pemilihan umum legislatif 2019
Pada pemilihan umum legislatif Indonesia 2019, Partai Gerindra berhasil menjadi partai politik kedua terbesar di Indonesia[34] dan menempati 78 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat setelah meraih 17.594.839 suara (13,57%). Seperti partai politik lainnya, Partai Gerindra memiliki sayap-sayap untuk dapat mengakomodasi aspirasi dari berbagai kalangan masyarakat. Misalkan, Tunas Indonesia Raya untuk pemuda,Perempuan Indonesia Raya untuk perempuan, dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah daftar lengkap organisasi sayap Partai Gerindra saat ini:
Jaringan Rakyat Indonesia Raya (Jari Raya)
Tunas Indonesia Raya (TIDAR)
Perempuan Indonesia Raya (PIRA)
Gerakan Kristiani Indonesia Raya (GEKIRA)(Katolik & Protestan)
Gerakan Muslim Indonesia Raya (GEMIRA)
Sentral Gerakan Buruh Indonesia Raya
(SEGARA)
Persatuan Tionghoa Indonesia Raya (PETIR)
Satuan Relawan Indonesia Raya (SATRIA) Kesehatan Indonesia Raya (KESIRA) Gerakan Masyarakat Sanathana Dharma Nusantara (GEMA SADHANA)
Barisan Garuda Muda (BGM)
Garuda Muda Indonesia (GMI)
Profil Partai Gerindra diatas adalah wajah perjuangan Prabowo Subianto yang mirip atau presisi dengan perjuangan rakyat Indonesia yang tak kenal lelah. Terus bangkit melanjutkan langkah perjuangan para pendahulunya. Dan tidak takut oleh apapun rekayasa, tipudaya atau intimidasi bangsa lain. Kali ini rakyat Indonesia kompak memberikan kesempatan kursi presiden RI kepada Prabowo Subianto meneruskan perjuangan Joko Widodo untuk Indonesia yang Pantang Hina.
(Di sadur dari Buku 2024 Waktunya Prabowo Karangan Tiga Jurnalis di Papua)
Apa komentar anda ?