ADVERTISEMENT
  • Tentang Kami
  • Redaksi Nokenlive.com
  • Advertise
  • Syarat dan Ketentuan
  • Contact
  • Ketentuan Penggunaan
Senin, Mei 12, 2025
No Result
View All Result
  • Home
  • Papua Terkini
  • Papua Pegunungan
  • Papua Tengah
  • PAPUA SELATAN
  • Kabar Port Numbay
  • Hukum & Kriminal
  • Home
  • Papua Terkini
  • Papua Pegunungan
  • Papua Tengah
  • PAPUA SELATAN
  • Kabar Port Numbay
  • Hukum & Kriminal
No Result
View All Result
No Result
View All Result
  • Home
  • Papua Terkini
  • Papua Pegunungan
  • Papua Tengah
  • PAPUA SELATAN
  • Kabar Port Numbay
  • Hukum & Kriminal

Home » Air Mata Hati Ku di Balik Kabut Nduga

Air Mata Hati Ku di Balik Kabut Nduga

Oleh : Noken Live
19 Januari 2019
Di Uncategorized
0
Vanny Janggo saat foto selfie di Pundak Gajah dua tahun lalu (dok Vanny)

Vanny Janggo saat foto selfie di Pundak Gajah dua tahun lalu (dok Vanny)

Nduga, Nokenlive.com – “Satu pintaku Tuhan, Tolong peluk kuat kedua orang tua ku dan jaga mereka selalu di masa tuanya” kata Vanny Janggo dalam kendaraan roda empat (mobil) yang nyaris jatuh ke jurang terjal dalam perjalanan dari Kabupaten Jayawijaya ke Kabupaten Nduga.

Dua tahun lalu Senin (13/3/2017) tepatnya pukul 09:00 pagi. Vanny  salah satu jurnalis perempuan mewakili Papua Channel TV mendapat tugas liputan ke Distrik Mbua, Kabupaten Nduga melalui jalan darat dari  Wamena, Kabupaten Jayawijaya. Cuaca cerah dengan hembusan angin dingin menembus pakaian berpenampilan khalayak jurnalis televisi pada umumnya.

Satu persatu, mobil rombongan dari Ketua Komisi IV DPR RI Sulaeman L. Hamzah bersama tim Bulog Provinsi Papua dan Bulog Kabupaten Jayawijaya siap menuju Kabupaten Nduga membawa bantuan 15 ton beras. Tiga belas mobil rata-rata bak terbuka, satu persatu hidupkan mesin dan mulai jalan dengan kecepatan rata-rata 40-60 kilometer perjam menuju lokasi yang 6 (enam) bulan sebelumnya terjadi kasus Busung Lapar.

Untaian kata dalam doa keluar dari mulut Vanny seiring roda mobil berputar, tanda perjalanan pun telah dimulai. Satu hingga tiga jam perjalanan, hatinya berdebar dibarengi rasa takut akan mati lantaran jalanan terjal menjadi pemandangan setiap menit dilalui. Ketika hendak melalui gunung di Pundak Gajah, tiba-tiba mobil yang mereka tumpangi tak mampu menanjak dan terselip.

“Hari ini jika Tuhan menghendaki saya meninggal dalam tugas saya hanya bisa pasrah,tapi satu pinta ku Tuhan tolong peluk erat kedua orang tua ku dan jaga mereka selalu dimasa tuanya” kata Vanny sambil menyatukan jari kedua tangannya.

Foto Vanny saat di pertengahan jalan mendekati distrik Mbua
Foto saat Vanny di pertengahan jalan mendekati distrik Mbua (Dok. Vanny)

Lucky Sibi rekan jurnalis televisi mewakili TVRI Lensa Papua sontak memberikan semangat kepada dirinya dan berupaya membuat Vanny tersenyum dalam mobil yang telah diselimuti kabut tebal dengan jarak pandang 10-15 meter.

Tak hanya perjalanan yang memakan waktu, namun energi pun terkuras habis ketika perjalanan ekstrim mulai dirasakan setelah melewati Danau Habema, Jayawijaya. “Nikmat apa lagi yang dapat ku dustakan dari MU ya Tuhan Sang Pencipta alam semesta, alam yang indah dengan gunung-gunung batu menjulang tinggi bak piramida,” desah hatinya saat itu.

Hembusan angin dingin suhu minus 13 derajat selsius pegunungan, mengalahkan dinginnya AC mobil. Kabut tebal menutupi tepian gunung berbatu dihiasi air terjun, serasa berada di Negara Eropa. Ketinggian rata-rata 40 ribu kaki diatas permukaan laut inilah membuat oksigen pun berkurang dan menguras daya tahan tubuh Vanny yang kali pertama jalan darat di wilayah Pegunungan Tengah.

“Sungguh mata ini benar-benar dimanjakan dengan pemandangan keindahan alam papua yang tak ada tandingannya. Saat mobil kami tak bisa menanjak, kami turun. Tubuh ku mulai gemetaran dan perlahan mulai membeku sesaat setelah keluar dari mobil,” kata Boy sapaan akrab di lingkungan keluarga besarnya.

Lima jam pun berlalu, sekitar pukul 13:00 waktu Papua. Rombongan yang dikawal ketat aparat keamanan ini tiba dengan selamat di Distrik Mbua, Kabupaten Nduga dan disambut hangat masyarakat atas penantiannya menunggu bantuan dari pemerintah untuk menjawab harapan mereka pasca busung lapar yang melanda wilayah itu. Cuaca gerimis dan berkabut tebal berjarak pandang 3 meter tak menyurutkan semangat Vanny melakukan tugas jurnalistiknya.

“Lima jam ini benar-benar menguji nyaliku sampai tingkat tertinggi yang tak pernah ku rasakan sebelumya. Extrimnya jalan trans Papua bukan sekedar kata tapi nyata ku rasakan. Saat kami sampai, sa (saya) kaget masyarakat jalan bertelanjang dada gunakan pakaian seadanya. Mereka sambut kami dengan tangisan dan doa syukur sambil berbicara dalam bahasa daerah,” kata perempuan lulusan STIKOM Muhammadiyah Jayapura tahun 2007.

Tugu selamat datang di distrik Mbua, Kabupaten Nduga (Dok. Vanny)
Tugu selamat datang di distrik Mbua, Kabupaten Nduga (Dok. Vanny)

Daerah rawan konflik ini menjadi saksi bisu bagi Vanny sendiri, sebagai jurnalis perempuan merasa bahagia menginjakkan kakinya di kampung tersebut, dibalut kekhawatiran yang di alami. Akankah perjalanan pulang nanti ke Wamena Kabupaten Jayawijaya, sampai dengan selamat? Hatinya terus bertanya-tanya.

“Siang itu kami tiba, su (sudah) trada (tak ada) matahari, hanya ada kabut tebal. Jadi kami satu jam saja dan langsung balik ke Jayawijaya,” ujarnya sambil menirukan bahasa tubuhnya saat itu.

Sekiranya pukul 14:30 waktu Papua Vanny bersama rombongan mulai perjalanan balik ke Wamena Kabupaten Jayawijaya. Perjalanan pulang ini memakan waktu lebih lama hingga delapan jam, karena tepat di gunung Pundak Gajah. Mobil yang ditumpangi sempat terundur hingga beberapa meter dan hanya tersisa beberapa sentimeter, mobil lepas landas ke jurang yang dalam.

“Banyak kendala diperjalanan pulang karena sudah gelap dan jalan menanjak Pundak Gajah itu tanjakan paling lama sudah yang kami lalui. mobil tra (tidak) mampu naik tanjakan sampe mobil ta undur (mundur) dikit lagi masuk jurang. Oh Tuhan,” tutup Vanny sambil mengelus dada disertai senyum simpul manisnya.

Ini hanya sepenggal kisah tugas jurnalistik di Tanah Papua yang penuh dengan jalan ekstrim dan membuat jantung berdebar-debar, bahkan terus menerus berdoa dalam setiap jengkal yang dilalui. Semoga, Vanny satu dari hitungan jari Jurnalis Perempuan di Papua dapat memberikan anda bayangan, betapa kerasnya tugas liputan jurnalis di setiap pedalaman Bumi Cenderawasih.

(VJ)

Tags: Air Mata Hati Kudi Balik Kabut NdugaKabupaten Jayawijaya ke Kabupaten NdugaTrip To Nduga
Bagikan6Tweet4KirimBagikan
Berita Sebelumnya

Sekda Yahukimo Berharap 87 BTS Kominfo Berdiri di 2019

Berita Selanjutnya

Berantas Malaria Bersama Perindo Kota Jayapura

Berita Terkait

Ini Sosok Pengganti KBP Viktor Mackbon Sebagai Kapolresta Jayapura Kota Yang Baru
Provinsi Papua

Polresta Jayapura Resmi di Pimpin Mantan Kapolres Jayapura AKBP Fredrickus W.A. Maclarimboen

Respons Sigap Satgas Damai Cartenz : Evakuasi Korban dan Pengejaran Pelaku Penembakan
Uncategorized

Respons Sigap Satgas Damai Cartenz : Evakuasi Korban dan Pengejaran Pelaku Penembakan

PAPUA SELATAN

Wakapolda Papua Hadiri Upacara Kesadaran Nasional dan Pemberian Penghargaan Kapolri Bagi Anggota Polda Papua Berprestasi

Bertemu Dinas Pendidikan Komisi D DPRD Kota Jayapura Bahas Soal Bosda
Uncategorized

Bertemu Dinas Pendidikan Komisi D DPRD Kota Jayapura Bahas Soal Bosda

Berita Lainnya

Apa komentar anda ?

Nokenlive - Berita Papua Terkini

Menyuarakan Pembangunan di Papua dalam Berbagai Aspek Kehidupan

Ikuti Kami

  • Tentang Kami
  • Redaksi Nokenlive.com
  • Advertise
  • Syarat dan Ketentuan
  • Contact
  • Ketentuan Penggunaan

© 2018 Nokenlive - Berita Terkini Seputar Papua

Selamat datang kembali

Masuk dengan akun anda

Lupa kata sandi?

Ambil kata sandi Anda

Silakan masukkan nama pengguna atau alamat email untuk mereset kata sandi

Masuk

Add New Playlist

error: Nokenlive!!
No Result
View All Result
  • Home
  • Tentang Kami
  • Redaksi Nokenlive.com
  • Papua Terkini
  • Papua Pegunungan
  • Politik dan Pemerintahan
  • Ekonomi & Bisnis
  • PAPUA SELATAN
  • Kabar Daerah
  • Kabar Port Numbay
  • Hukum & Kriminal

© 2018 Nokenlive - Berita Terkini Seputar Papua