Sentani, Nokelive.com – Persoalan di Pasar Phara Sentani, Kabupaten Jayapura, tidak hanya soal tumpukan sampah yang membusuk dan menebar aroma tak sedap ke mana-mana. Namun, masalah lapak juga menjadi persoalan serius yang harus diselesaikan dengan baik.
Seperti yang dilontarkan salah satu pedagang, H. Tajudin (60), dimana ia mengaku kecewa karena sudah tiga bulan tidak mendapatkan lapak jualan yang laik seperti pedagang lainnya. Padahal, Tajudin adalah pedagang korban kebakaran beberapa tahun lalu, sehingga seharusnya menjadi prioritas untuk menempati lapak.
“Kita ini kan korban kebakaran, pasca kejadian kita direlokasi ke terminal kemudian tiga bulan yang lalu disuruh pindah lagi ke dalam pasar. Tapi saat kita pindah ke areal pasar, justru tidak ada tempat, semua sudah diisi,” ungkap Tajudin, Rabu (20/6/2018).
Tajudin yang kesehariannya menjual kebutuhan pokok ini, terpaksa membuka lapak ala kadarnya di luar bangunan pasar untuk sementara waktu. Di lapak sementara itu, Tajudin menaruh barang-barang jualannya seperti beras, minyak goreng, hingga kue kering.
“Yang bikin sedih itu kalau hujan turun, ya dagangan saya basah, karena lapaknya seadanya dan tidak permanen, ya saya bangun sesuai kemampuan saya,” ucapnya dengan aksen Bugis yang cukup kental.
Menurut Tajudin, sesuai janji Pemerintah Kabupaten Jayapura pasca kebakaran, seharusnya ia bersama pedagang yang bernasib sama harus mendapatkan lapak di dalam bangunan pasar.
“Tapi begitu sudah, ketika kita mau isi lapak, ada oknum-oknum yang minta bayaran sampai Rp 50 juta, padahal tempatnnya sudah disediakan,” ungkapnya.
Yang mengherankan Tajudin dan kawan-kawan pedagang korban kebakaran lainnya, yakni ada orang-orang dari luar yang tiba-tiba menjadi pedagang didalam bangunan Pasar Phara tersebut.
“Heran sekali, mereka itu orang dari luar loh. Padahal kita ini yang harusnya diutamakan,” keluhnya.
Ia dan pedagang lainnya sudah sering mengadukan nasibnya kepada Pemkab Jayapura, namun pihak Pemerintah sepertinya lamban dalam merespon persoalan ini.
“Sudah sering kita naik ke Kantor Bupati Jayapura, tapi responnya macam lambat sekali. Yang selalu mereka katakan bahwa kami harus sabar dan sabar dan menunggu pembangunan berikutnya,” katanya.
Tajudin kuatir ketika pembangunan pasar dilakukan ditahap berikutnya, ia dan pedagang korban kebakaran justru akan mengalami nasib yang sama seperti sekarang ini. Tajudin hanya minta ketegasan pemerintah untuk menangani oknum-oknum pengurus pasar yang diduga bertindak sebagai calo.
“Selama masih ada calo, saya tidak yakin akan dapat lapak. Palingan di jual ke orang-orang baru. Saya sudah korban uang tidak sedikit, timbun tanah ini, dan itu. Tapi hak saya dan teman-teman masih tetap diabaikan,” tuturnya.
Tak hanya menertibkan calo, Tajudin juga meminta instansi terkait untuk mengawasi pemberian lapak kepada pedagang.
“Harus sesuai dengan data, jangan sampai nama didata lain, yang jualan lain,” tandasnya. (lea)
Apa komentar anda ?