Jayapura,Nokenlive.com –
Mengawali persiapan maju sebagai Gubernur Papua dan Pegunungan Papua, Ones Pahabol dan Yunus Wonda menggelar doa dan syukuran bersama
Doa dan syukuran bersama itu melibatkan masyarakat, tokoh pemuda, tokoh adat, dan tokoh perempuan. Disela-sela momentum itu, para pendeta diminta mendoakan kedua calon gubernur itu yakni Ones Pahabol dan Yunus Wonda.
Kegiatan doa dan syukuran bersama itu dikemas dalam ibadah bersama sekaligus pembentukan tim doa serta tim lainnya yang juga didoakan yang berlangsung pada Minggu (19/2/2003) malam.
Dalam doa dan syukuran bersama itu, Ones Pahabol didoakan maju sebagai calon gubernur di Provinsi Papua Pegunungan. Sementara Yunus Wonda, didoakan maju sebagai calon gubernur di Provinsi Papua.
Ones Pahabol mengatakan, sebagai anak-anak Tuhan, harus mengerti sebelum satu langkah atau seribu langkah kedepan, perlu melibatkan Tuhan Yesus lebih fundamental.
“Apalagi, Kami menghadapi dua tantang pertama legislatif, pemilihan presiden (pilpres) dan pemilihan gubernur (pilgub) di provinsi yang baru,”kata Ones kepada awak media usai ibadah, Minggu malam.
Ones menjelaskan, delapan kabupaten di provinsi yang baru itu akan ujicoba dalam hal ini ada dua cara yang akan dihadapi. Pertama sistem noken, kedua sistem bilik suara.
“Yang lebih pedalaman sekali seperti Yahukimo yang jangkauannya susah, kemudian Kabupaten Nduga, Pegunungan Bintang, sebagian Kabupaten Yalimo, termasuk Tolikara, lebih banyak sistem noken,”ujarnya.
Sistem noken itu, kata dia, kepala suku yang menentukan figur-figur anak-anak mereka. Sistem ini sebenarnya yang berbobot dan tidak menjadi kles atau ribut antara satu dengan yang lain seperti demokrasi.
“Kalau demokrasi itu lebih tidak nyaman, tapi kalau sistem noken, kepala suku yang berbicara, semua dia yang kendalikan walaupun ada saksi-saksi,”katanya.
Dia menyebut, bukan berati mengambil kertas suara lalu isi di bilik suara, tetapi kepala suuku mendudukan semua saksi.
Lanjut dia, semisal kalau 10 ribu suara itu dikasi untuk yang dituakan, yang lain tak bisa berkomentar atau memilih diam. Mereka puas karena sistem itu mengangkat kepala suku.

“Jadi, aman sekali, kemudian berikutnya mereka melakukan pesta. Jadi, kalau lakukan seperti ini kemudian nanti pada akhirnya akan jadi indah, semua strategi walaupun secara budaya dengan keputusan kepala suku,”ujarnya.
Semua terjadi karena melibatkan Tuhan, sebelumnya berdoa lebih dahulu, padamkan pikiran-pikiran lain, jadi Allah roh kudus bekerja, karena yang dituakan melalui kepala suku,”katanya.
Ia menambahkan, sebenarnya keputusan kepala suku itu ada, hampir diatas 70 persen sistem noken.
Sementara itu, Yunus Wonda mengatakan dalam kesiapannya maju sebagai calon gubernur Provinsi Papua satu hal yang ia belajar yaitu ketika musuh politik itu marah, tidak ada hak untuk menegur dia.
“Karena musuh kita bukan dia, musuh kita adalah iblis yang mau menghancurkan negeri ini. Dia sudara kita, dia keluarga kita,”ujarnya.
Menurut dia, etika politik itu yang dia belajar dari Susilo Bambang Yudhoyono sekalipun dia itu musuh. Kalau besok dia adalah lawan politik tetapi bukan dia musuh yang sebenarnya, dia tetap sudara, kulit yang sama, rambut yang sama.
“Politik hanya menciderai kita, merombak kita, tetapi dalam etika politik ada etika sopan santun yang harus dipegang,”katanya.(musa)
Apa komentar anda ?