Jayapura, Nokenlive.com – Pemilihan Putri Cilik dan Remaja Papua tahun 2020 yang dihelat di salah satu hotel di Kota Jayapura, Papua, Rabu (7/10/2020), berakhir ricuh lantaran ketidakpuasan dan kekecewaan para orang tua peserta, yang mengklaim pelaksanaan Grand Final Putri Cilik dan Remaja Papua ini sangat tidak fair.
Dari pantauan Noken live, para orang tua yang turut hadir langsung memberikan dukungan kepada putrinya, sontak kecewa setelah mendengar pengumuman hasil pemenang yang disampaikan oleh dewan juri. Tak puas menyampaikan kekesalan, para orang tua pun mengembalikan selempang yang dikenakan anaknya kepada dewan juri.
Menurut salah satu orang tua peserta asal Kota Jayapura, seharusnya ajang pemilihan bakat bagi anak – anak perempuan Papua ini, berjalan jujur sesuai yang diharapkan semua orang, khususnya para orang tua peserta. Namun sayangnya, mulai dari tahapan kegiatan pemilihan terkesan tidak seperti ajang pemilihan ratu kecantikan kebanyakan yang digelar selama ini.
“Jujur kami sebagai orang tua sangat kecewa dengan kegiatan ini, dari awal kami sebenarnya sudah menaruh curiga. Sebenarnya bukan persoalan uang yang sudah kami bayar untuk pendaftaran, tapi kami hanya ingin pemilihan berjalan jujur dan adil,” katanya.
Yang lebih mengecewakan para orang tua yaitu terkait peserta yang menjuarai ajang tersebut, dimana tidak sesuai dengan harapan bahwa pemilihan putri cilik dan remaja Papua ini benar – benar untuk anak asli Papua yang berbakat.
“Yang lebih kecewa lagi, kok pemenangnya bukan anak asli Papua, padahal saat perform kami lihat banyak anak -anak asli Papua berbakat dan berkualitas dari penampilan mereka. Itu penilaiannya seperti apa? Kan aneh. Malah yang juara sewaktu sesi menjawab pertanyaan dewan juri, tidak begitu berkesan,” ungkapnya.
“Ya, kegiatan ini harus menjadi pelajaran bagi semua penyelenggara kontes pemilihan putri Papua kedepannya. Jangan asal main bikin kegiatan, tapi hasilnya tidak sesuai yang diharapkan. Kalau ada anak asli Papua yang berprestasi dan berbakat, harusnya dia yang didaulat jadi juara, bukan peserta lain yang mungkin mereka nilai karena dia cantik atau ada embel -embel lainnya,” tandasnya.
Dewan Juri Menilai Secara Profesional
Sementara itu salah satu dewan juri, Hermina Makanuay mengaku bahwa pihaknya sudah melaksanakan tugas dewan juri secara profesional, dan penilaian yang diberikan sesuai dengan melihat kemampuan dan kualitas masing – masing peserta.
“Intinya kami menilai sesuai dengan perform yang ada, dan jumlah nilai yang besar yang kami totalkan itu dialah yang berhak untuk lolos ke babak selanjutnya. Dan setiap peserta yang masuk atau tidak lolos ke babak selanjutnya, adalah real hasil penilaian dewan juri secara objektif. Dan finalis yang masuk 10 besar kami nilai berdasarkan perform mereka di atas panggung, mulai dari cara mereka berdiri dan public speaking-nya,” ujar Hermin.
Menanggapi kekecewaan para orang tua yang mempersoalkan anak non Papua yang memenangkan pemilihan tersebut, menurut Hermin, pemilihan seperti ini tentunya menjadi hak semua orang, dan tidak membatasi siapapun yang ingin mengikutinya serta menjadi juara.
“Saya pernah berkesempatan mengikuti dua ajang nasional (Miss Grand Indonesia dan Putri Papua), saya pikir semua orang berhak untuk mengikuti ajang seperti ini dan mewakili Papua dan menjadi representatif Papua. Mau dia bukan rambut keriting dan kulit hitam, tapi kalau dia lahir dan besar di Papua dan dia mencintai Papua, ya dia berhak untuk menjadi duta Papua di event daerah atau nasional,” pungkasnya.
(AA)
Apa komentar anda ?